Kamis, 21 Februari 2013

Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati




  

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN
Acara        : Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati


2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya tanaman. Adanya organisme penggangu dapat berdampak pada menurunnya hasil produksi, baik dari sisi hasil fisik produksi maupun kwalitas produk yang dihasilkan.  Salah satu organisme pengganggu tanaman yang sering menimbulkan berbagai macam kerugian serta menambah biaya produksi akibat bertambahnya perawatan adalah hama.
Hama merupakan semua jenis organisme yang menggangu atau dapat merugikan  tanaman.  Sehingga untuk mengatasi dampak dari hama tersebut maka dilakukan berbagai upaya, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia atau pestisida sintetis, karena pada awalnya dianggap memiliki beberapa kelebihan. Namun pada kenyataannya, penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani, untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. Berdasarkan data dari World health organisation sudah tercatat bahwa, di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang, dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis diantaranya adalah terjadinya resistensi atau meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, terjadinya ledakan hama sekunder, terjadinya pencemaran air, membunuh mikroorganisme tanah, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
            Jika dilihat dari berbagai macam dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, maka perlu dikembangkannya suatu alternatif atau inovasi baru dalam menanggulangi masalah OPT tersebut yang mengarah pada PHT (Pengendalian Hama Terpadu) serta mengacu pada pengendalian yang lebih ramah lingkungan. Salah satu inovasi yang dapat digunakan sebagai pestisida alternatif yang lebih ramah lingkungan yaitu pestisida Nabati.
            Pestisida nabati adalah pestisida dengan berbagai macam bahan aktif yang berasal dari alam. Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
            Salah satu kelebihan pestisida nabati adalah mudah diperoleh, karena dapat dicari dari tanaman sekitar. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida maupun rodentisida. Jenis pestisida yang berasal dari tumbuhan tersebut dapat ditemukan di sekitar tempat tinggal petani, dapat disiapkan dengan mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana. petani, dapat disiapkan dengan mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana.

1.2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui berbagai macam jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
2.      Untuk mengetahui beberapa jenis pestisida nabati beserta cara- cara pembuatannya.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
           
            Pada musim hujan hama yang biasa merusak tanaman adalah tikus, wereng coklat, penggerek batang dll. Dalam keadaan tertentu, hama yang berkembang dapat terjadi di luar kebiasaan tersebut. Sedangkan pada musim kemarau, hama yang merusak tanaman terutama adalah tikus, penggerek batang dan walang sangit.  Pada lahan yang cukup basah, keong mas juga dapat ditemukan. Semua hama ini bisa berkembang pada pertanaman berikutnya. Sementara itu, di pesemaian bisa ditemukan tikus, penggerek batang, wereng hijau, siput murbai, dan tanaman terinfeksi tungro (Roja, 2009).
            Penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.Efektivitas dan jenis racun pada suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai pestisida nabati sangat tergantung pada bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut. Maryani (1995) mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Kardono et al. (2003) mengemukakan bahwa ekstrak daun babadotan mengandung insektisida yang efektif untuk membunuh Sytophilus zeamays dengan LD50 sebesar 0,09% dalam 24 jam. Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat sebagai racun perut bagi serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan pada tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus sp. selama tiga bulan. Kardinan dan Iskandar (1997) mengemukakan bahwa larutan daun sembung dalam air dengan konsentrasi 1% yang ditambah 0,10% detergen cair (teepol) menyebabkan kematian populasi keong mas (Pomacea canaliculata) lebih dari 50%. Ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon) dapat mempengaruhi perilaku makan ulat grayak (Tohir, 2010).
            Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai :
1.      Penghambat nafsu makan (anti feedant)
2.      Penolak (repellent)
3.      Penarik (atractant)
4.      Menghambat perkembangan
5.      Menurunkan keperidian
6.      Pengaruh langsung sebagai racun
7.      Mencegah peletakkan telur (Setiawati dkk, 2008).
            Salah pestisida nabati yang sering digunakan adalah berasal dari mimba. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama tanaman (Bukhari, 2010).
            Selain nimba banyak tanaman lain yang bisa digunakan sebagai bahan pestisida nabatai. Menurut Grainge dan Ahmed (1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama tanaman. Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Diantara minyak atsiri yang potensial adalah minyak cengkeh, minyak kayu manis dan minyak serai wangi. Minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga tetapi juga dapat bertindak sebagai pestisida kontak dan juga bersifat fumigan pada beberapa serangga tertentu. Tanaman cengkeh dengan kandungan kimianya yang didominasi oleh eugenol diketahui dapat dimanfaatkan sebagai penolaksss hama atau insektisidal (Asaad dan Wilis, 2012).
           





BAB 3 METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum  Teknologi Inovasi Produksi Pertanian  dengan acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati” dilaksanakan pada hari  Jum’at, 23 November 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit  Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1  Alat
1.  Blender
2.  Timbangan

3.2.2  Bahan
1.  Air 1 liter
2.  Alkohol 70% 1 cc
3.  Biji nimbi 50 gr
4.  50 lembar daun sirsak
5.  Satu genggam (100 gr) rimpang jaringau (delingu)
6.  Satu suing bawang putih
7.  Sabun colek 20 gr
8.  50 lembar daun sirsak
9.  5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
10.  20 liter air
11.  20 gr sabun colek/detergen
12.  8 kg daun mimba
13.  6 kg lengkuas
14.  6 kg serai
15.  20 kg sabun colek/detergen
16.  20 liter air

3.3  Metode
3.3.1 Ekstrak Nimba
1.  Menumbuk biji nimbi sampai halus dan mengaduk dengan alkohol
2.  Mengencerkan dengan 1 liter air
3.  Mengendapkan larutan semalam lalu menyaringnya
4.  Mengaplikasikan larutan ke tanaman
5.  Serangga akan mati setelah 2 hari

3.3.2 Ekstrak Daun Sirsak
1.  Melarutkan daun sirsak, jaringau (delingu), dan bawang putih
2.  Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari
3.  Menyaring larutan
4.  Mencampur 1 liter larutan dengan 10-15 liter air
5.  Mengaplikasikan larutan ke tanaman

3.3.3 Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
1.  Menumbuk halus daun sirsak dan daun tembakau
2.  Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata
3.  Mendiamkan bahan selama satu malam
4.  Menyaring larutan kemudian mengencerkan ( menambahkan 50-60 liter air)
5.  Mengaplikasikan larutan ke tanaman

3.3.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
1.  Menghaluskan daun nimbi, lengkuas dan serai
2.  Melarutkan bahan yang telah halus dalam 20 liter air
3.  Mendiamkan selama satu malan
4.  Menyaring larutan dan mengencerkan dengan 60 liter air
5.  Mengaplikasikan larutan ke tanaman untuk 1 ha lahan



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pestisida nabati
Warna
Aroma
Endapan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Ekstrak mimba
Hijau
Hijau tua
Hijau tua
Menyengat
Tidak menyengat
Tidakmenyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Ekstrak daun sirsak
Hijau kekuningan
Hijau kekuningan
Kuningkehitaman
Menyengat
Menyengat
Menyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Ekstrak sirtem
Hijau
Tua pekat
Hijau
Tua pekat
Hijau
Tua pekat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidakmenyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Ekstrak blengse
Hijau muda
Hijaumuda
Hijaukekuningan
Menyengat
Tidak menyengat
Tidakmenyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Tabel hasil pengamatan pestisida nabati golongan jum’at sore selama 3 hari.
Keterangan :
Sirtem   : Sirih dan tembakau.
Blengse : Nimba, lengkuas, serai

4.2 Pembahasan       
            Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
            Keunggulan pestisida nabati antara lain yaitu :
a.       Mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari
b.      Memiliki efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun jarang menyebabkan kematian.
c.       Toksitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia (lethal dosage (LD) >50 Oral)
d.      Memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf)
e.       Bersifat selektif dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida sintetis
f.       Fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
g.      Murah dan mudah dibuat oleh petani.
            Kelemahan pengggunaan pestisida nabati antara lain :
1.      Cepat terurai dan aplikasinya harus lebih sering
2.      Cara racunnya rendah, tidak langsung mematikan serangga atau memiliki efek lambat
3.      Kapasitas produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus)
4.      Ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
5.      Kurang praktis dan tidak tahan disimpan.
            Dari pengamatan yang dilakukan, data menunjukkan adanya perubahan pada ke tiga parameter yang diamati, yaitu warna, aroma dan endapan. Pestisida nabati non fermentasi adalah jenis pestisida yang langsung pakai setelah proses pembuatan. Pada pengamatan yang dilakukan hingga hari ke-3, semua warana pestisida nabati berubah, hal tersebut dikarenakan terjadi perubahan senyawa kimia pada bahan yang digunakan, karena bahan yang digunakan tergolong bahan hijauan yang mengalami proses respirasi, maka bahan tersebut tergolong bahan klimaterik yang apabila disimpan terlalau lama akan mengalami perubahan senyawa kimia dan bahkan bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri dan jamur akibat pembusukan. Dari perubahan warna tersebut, mencerminkan kandungan unsur-unsur sekunder misalnya zat toksik pada pestisida itu sendiri, sehingga berpengaruh pada keefektifan dalam menanggulangi hama.
            Sedangkan perubahan aroma dari menyengat menjadi tidak menyengat, juga dapat menjadi indikator tingkat toksisitas pestisida tersebut pada hama. Aroma memiliki peranan tertentu dalam mekanisme pengendalian hama dengan pestisida nabati, misal sebagai penarik dengan menciptakan aroma seperti serangga betina dll. Selain itu aroma juga dapat menjadi penolah, misalnya dengan menimbulkan aroma yang tidak disukai oleh hama tersebut.
            Berbeda dengan aroma dan warana, pada tingkat pengendapan nyaris tidak terjadi perubahan yaitu  mengendap. Hal tersebut menunjukkan bahwa pestisida tersebut memerlukan perluan khusus dalam penyemprotan, misalnya harus sering-sering diaduk. Pengendapan tersebut dikarenakan perbedaan massa antara air dengan bahan yang dihaluskan(diblender), sehingga kareana memiliki massa yang lebih berat maka bahan tersebut mengendap di dasar wadah(jerigen).



BAB 5. KESIMPULAN

            Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yatu:
1.      Setiap pestisida nabati yang berasal dari bahan yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda pula misal: penghambat nafsu makan (anti feedan, penolak (repellent), penarik (atractant), menghambat perkembangan, menurunkan keperidian, pengaruh langsung sebagai racun ataupun mencegah peletakkan telur.
2.      Pestisida nabati dikatakan aman bagi lingkungan karena tidak menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan seperti degradasi tanah, pencemaran air, udara dll. Sedangkan dikatakan aman bagi manusia karena tidak menimbulkan efek racun bagi manusia, baik akut maupun kronis.
3.      Pestisida nabati merupakan salah satu inovasi pengendalian hama pada tanaman karena muudah diperoleh, ramah lingkungan dan lebih murah dari pestisida kimia (pabrikan).


DAFTAR PUSTAKA

Asaad. Wilis. 2012. Kajian Pestisida Nabati Yang Efektif Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao (Pbk) Pada Tanaman Kakao Di Sulawesi Selatan. Suara Perlindungan Tanaman 2(2):24-34.

Bukhari. 2010. Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap Pengendalian Hama Plutella Xylostella L. Pada Tanaman Kedele. Sains Riset 1(1) :11-14.

Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) Pada Padi Sawah. BPTP. Solok.

Setiawati, Dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati  Dan Cara Pembuatannya  Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Prima Tani Balitsa. Bandung.

Tohir, Mohamad. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati
Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di Laboratorium. Teknik Pertanian 15(1):37-40.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar