Sabtu, 01 Desember 2012

HAMBATAN PERKECAMBAHAN BENIH AKIBAT DORMANSI DAN UPAYA PEMATAHANNYA


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATURIUM PRODUKSITANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                       : REZKI HERU ADITYA
NIM                                           : 111510501122
GOL/ KELOMPOK                  : SELASA / 6
ANGGOTA                               :
ACARA                                     :HAMBATAN PERKECAMBAHAN BENIH AKIBAT DORMANSI DAN UPAYA PEMATAHANNYA
TANGGALPRAKTIKUM       : 27 MARET 2012
TANGGALPENYERAHAN   : 10 APRIL 2012
ASISTEN                                  :1. DEDI EKO S
                                                    2. FRENGKI HERMAWAN P.
                                                    3. MEIDA WULANDARI
                                                    4. NOVITA FRIDA S.
                                                    5. HAIKAL WAHONO
                                                    6. IFTITAH FIKA
                                                    7. AHMAD NUR
                                                    8. AKHMAD TAUFIQUL
                                                    9. DYAH AYU S
                                                    10. FIKA AYU S
                                                    11. HERLIA PUTRI
                                                    12.RAAFLUQMAN SYAH
                                                    13.KIKI ULFANIAH


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Pada dasarnya tumbuhan melakukan perkembangbiakan baik secara alami maupun dengan teknologi manusia. Perkembangbiakan pada setiap spesies tanaman memiliki ciri dan metode tertentu.Ada tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif dan  ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan salah satu bagian tanaman, misalnya berasal dari batang, akar, daun, dan lain-lain yang nantinya akan ditunbuhkan menjadi tanaman baru yang memiliki sifat tertentu. Sedangkan perkembangbiakan secara generatif umumnya berasal dari biji yang sudah terseleksi atau disebut benih.
Dalam memperbanyak tanaman secar generatif sering mengalami banyak hambatan, misalnya saja benih mengalami dormansi. Dormansi benih berhubungan dengan fase dimana benih menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut, yang biasanya terjadi pada kulit biji maupun pada embro.
Adanya dormansi merupakan salah satu masalah besar pada persemaian, karena fase ini dapat terjadi selama beberapa hari, bulan, musim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung dari sepesies tanamannya dan tipe dormansinya. Di lain sisi dormansi dapat menjadi keuntungan karena pada fase ini bibit dapat bertahan lama sehingga lebih mudah dalam proses penyimpanan jenis benih dengan tipe tersebut. Pemahaman akan dormansi benih merupakan hal mendasar dalam usaha pembiakan tanaman dormansi atau dikenal dengan fase peristirahatan pada benih bisa dihentikan atau dipercepat dengan memberi perlakuan tertentu pada benih menjelang persemaian. Dengan berhentinya fase dormansi tersebut benih tanaman tersebut bisa produtif dan dapat berkecambah lagi sehingga tidak perlu menunggu sampai fase dormansi benih selesai dan dapat mempercepat waktu bedidaya tanaman tersebut.


1.2.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan mempelajari hambatan perkecambahan benih akibat dormansi fisioligis benih.
2.      Untuk mengetahui dan membandingkan beberapa cara pematahan dormansi.



















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan biji adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Perkecambahan biji ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudahtidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Beberapa faktor luar yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan dan sinar matahari. Sedangkan yang termasuk faktor dalam adalah persediaan cadangan makanan dan kandungan hormon dalam biji.  Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicle), colon daun/batang (plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim. De­ngan demikian, ada dua jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas mor-fologi dan aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun dan batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak dan sebagainya. (Ashari, 1995)
            Biji yang memenuhi kriteria tertentu dapat dijadikan benih. Benih tanaman yang ditumbuhkan pada media semai yang mengandung air akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit. Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih (endosperm). Cadangan makanan dalam benih adalah karbohidrat, lemak dan protein. Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses perkecam-bahan (germination). Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkem-bangan bibit. Benih yang sedang berkecambahan sangat peka ter-hadap penyakit tanaman dan gangguan fisik sehingga selama proses ini sangat memerlukan perlindungan (proteksi). Perlindungan kecambah atau bibit muda sebaiknya dilakukan dengan memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet. Naungan berfungsi seba-gai pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan sinar mata-hari, dan organisme pengganggu tanaman (Nurwandani, 2008).
            Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen),embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio. Ekstraksi buah dapat mempercepat pembusukan buah dan merangsang proses fisiologi perkecambahan menyebabkan lunaknya kulit benih sehingga memudahkan imbibisi. Ekstraksi buah dilakukan dengan cara menyimpan buah pada kondisi lembab yang bertujuan untuk memudahkan terlepasnya benih aren dari buah, mengurangi atau menghilangkan asam oksalat yang terdapat pada bagian endosperm buah. Disamping itu ekstraksi buah dapat mengurangi senyawa-senyawa penghambat perkecambahan dan meningkatkan kemampuan benih untuk mengabsorbsi air (Saleh, 2004).
            Dormansi mata tunas merupakan  mekanisme adaptasi tanaman terhadap perubahan kondisi Iingkungan dan merupakan ritme pertumbuhan sebagai manifestasi dari ritme endogen. Dalam kaitannya dengan pemacuan pertumbuhan dan upaya memperpendek periode tanaman belum menghasilkan Guvenile) pada tanaman manggis, maka perlu ditemukan teknik untuk memperpendek periode dormansi. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila sudah dipahami ritme pertumbuhan tunas dan akat yang telah diketahui mempunyai hubungan fisiologi yang sangat erat. Oleh karena itu perlu diamati lamanya periode dormansi dan trubus, serta interval trubus. Juga perlu diamati pola pertumbuhan tunas dan akar manggis seedling selama periode dorman dan trubus tersebut (Hidayat, 2005).
            Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah . Jika proses ini terhambat maka perkecambahan juga akan terhambat. Terhambatnya imbibisi menyebabkan perkecambahan benih berlangsung cukup lama dan saat perkecambahan tidak serentak. Dalam budidaya tanaman, hal tersebut menyebabkan proses pembibitan tidak efisien baik dalam hal pendanaan, alokasi tenaga, waktu dan pemakaian tempat serta menyebabkan variabilitas dalam pertumbuhan bibit. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan berbagai penelitian yang mengarah pada pematahan dormansi benih aren (Widyawati, 2009).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1.       Tempat dan waktu
Acara praktikum Hambatan Perkecambahan Benih Akibat Dormansi dan Upaya Pematahannya bertempat di Laboratorium Produksi Pertanian Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember  pada tanggal 27 maret 2012  pukul 14.00 WIB sampai selesai.

3.2.       Bahan dan alat
3.2.1.      Bahan
Adapun bahan-bahan praktikum meliputi:
a.    Benih padi yang baru dipanen
b.    Benih padi yang lebih 10 minggu setelah dipanen
c.    Larutan KNO3 atau H2O2
d.   Kertas merang

3.2.2.      Alat
Beberapa alat yang diperlukan, antara lain:
a.    Alat pengecambah
b.    Pinset
c.    Inkubator
d.   Gelas ukur
e.    Gelas piala

3.3.      

 
Cara kerja
1.   

 
Mempersiapkan benih padi yang baru dipanen (dormansi) dan lebih 10 minggu setelah dipanen (diduga tanpa dormansi), kemudian pilih benih-benih yang bernas.
2.    Membuat larutan KNO3 3% atau H2O2 0,5% dengan cara pengenceran.
3.    Benih dipatahkan dormansinya dengan perlkuan sebagai berikut:
a)    Benih tanpa perlakuan (kontrol).
b)   Benih direndam dalam air selama 24 jam.
c)    Benih dikeringkan dahulu di dalam inkubator bersuhu 40°C selama
3-5 hari.
d)   Benih ditanam di atas substrat ketas merang yang telah dilembabkan
     dengan KNO33% atau H2O2 0,5%
4.    Benih yang telah mendapatkan perlakuan di atas ditanam dengan metode UKDdp dengan cara:
a)      Menghamparkan selembar plastik transparan tipis ukuran 20x 30 cm.
b)      Menyiapkan 3-4 lembar kertas merang lembab ukuran 20 x 30 cm dan letakkan terhampar di atas lembar plastik tadi.
c)      Tanam 25-50 butir benih padi di atas substrat dengan cara menyusun secara baris dalam bentuk berselang-seling (gigi walang).
d)     Menutup substrat yang telah ditanami dengan 2-3 lembar kertas lembab lainnya.
e)      Menggulung substrat yang telah ditutupi (beri label perlakuan) dan tempatkan hasil gulungan dengan posisi vertikan dalam alat pengecambah.
5.    Jangan lupa untuk selalu menjaga kelembapan substrat setiap saat.








BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perlakuan
Ul
Perkecambahan %
Hari ke-3
Hari ke-7
Normal
Mati
Normal
Abnormal
Mati
Benih baru dipanen (dormansi)
Kontrol
1
2
3
19
12
25
-
-
-
5
4
7
1
4
2
24
14
19
Direndam air
1
2
3
23
11
25
-
-
-
24
11
13
2
2
10
4
12
2
Di oven
1
2
3
14
7
25
-
-
-
3
18
20
1
5
7
6
1
3
KNO3
1
2
3
5
2
25
-
-
-
27
3
3
1
6
2
22
17
15
Benih lebih 10 minggu setelah panen (tanpa dormansi)
Kontrol
1
2
3
-
1
-
-
-
-
1
21
-
1
-
-
23
4
25
Direndam air
1
2
3
3
12
-
-
-
-
2
22
,
-
-
-
23
3
25
Di oven
1
2
3
1
22
3
-
-
-
-
22
15
1
-
2
24
3
8
KNO3
1
2
3
-
1
-
-
-
-
-
2
-
2
-
-
23
23
25

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui benih padi yang baru panen perlakuan perendaman dengan air lebih cepat mematahkan dormansi daripada perlakuan dengan control, oven maupun direndam dengan larutan KNO3, dikarenakan air dapat masuk dan melunakkan kulit benih sehingga dapat memunculkan kecambah, benih padi yang baru dipanen merupakan benih yang paling baik digunakan dalam perkecambahan, karena benih masih dalam keadaan produktif.
Dari perhitungan kecepatan berkecambah dan daya berkecambah pada padi yang aru dipanen direndam air memiliki presentase 65,3%, sedangkan dengan perlakuan control 62%, oven 51% dan dengan larutan KNO3 34,4%. Sedangkan daya berkecambah padi baru dengan oven 77,6%, control 25,3%, air 68,6% dan dengan larutan KNO3 28,6%.
Untuk mematahkan dormansi terdapat tiga metode pematahan dormansi, yaitu cara mekanis, fisiologis, dan kimia . Dormansi pada benih dapat dipatahkan dengan cara mematahkan dormansi benih sebagai berikut:
1.    Secara Fisik
Menggosok kertas amplas tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrionya.
2. Secara Kimia
Dilakukan perendaman pada larutan kimia yaitu KNO3, HCl, H2SO4 dan hormon Giberelin/Giberelat (GA3).
3. Perlakuan perendaman dengan
4. Menyesuaikan temperatur
            Pematahan dormansi fisiologis dilakukan dengan merendam benih dalam larutan KNO3. Larutan KNO3 berfungsi menstimulir perkecambahan khususnya pada benih-benih yang peka terhadap cahaya. Perlakuan KNO3 akan efektif pada jenis benih ortodoks. Benih ortodoks adalah benih yang membutuhkan kondisi lingkungan dengan RH rendah. Larutan KNO3 juga dapat meningkatkan peran giberalin dalam perkecambahan benih
. Cara mekanis seperti skarifikasi fisik dan asam, biasanya digunakan pada benih-benih yang inpermeabel terhadap air dan gas karena kekerasan kulit benihnya, metode yang digunakan dengan cara mekanis seperti dengan cara perendaman benih agar benih yang ditanam menyerapa air dan oksigen sehingga akan mempercepat proses perkecambahan.
            Benih padi yang baru dipanen akan mengalami dormansi karena jika ditinjau dari segi fisiologis, embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak. Kondisi dormansi dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji yang memilki senyawa penghambat tumbuh dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.














BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan perkecambahan benih pada dapat disimpulkan bahwa dormansi dapat dipatahkan melalaui cara mekanik, fisiologi dan kimia. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji yang memilki senyawa penghambat tumbuh dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

5.2 Saran
            Sebaiknya dalam mematahkan dormansi benih dilakukan sesuai perlakuan atrau jenis benih untuk menyesuaikan kulit.



















Daftar Pustaka

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta.Universitas Indonesia.

Hidayatl, Ramdan, Dkk.2005. Kajian Periode Dormansi Dan Ritme Pertumbuhan Tunas Dan Akar Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.). Bogor :IPB. Bul. Agron. (33) (2) 16 - 22 (2005).

Nurwardani, Paristiyanti.2008. Teknik Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Saleh, Salim, M.2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. UNTAD. Jurnal Agrosains 6(2): 79-83.

Widyawati, Nugraheni.2009. Permeabilitas Dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga Pinnata (Wurmb.) Merr.)..Yogyakarta : UGM. J. Agron. Indonesia 37 (2) : 152 – 158.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar