UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATURIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : REZKI HERU ADITYA
NIM : 111510501122
GOL/ KELOMPOK : SELASA / 6
ANGGOTA :
ACARA : PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA SETEK (CUTTAGE)
TANGGALPRAKTIKUM : 6 MARET 2012
TANGGALPENYERAHAN : 10 APRIL 2012
ASISTEN :1. DEDI EKO S
2. FRENGKI HERMAWAN P.
3. MEIDA WULANDARI
4. NOVITA FRIDA S.
5. HAIKAL WAHONO
6. IFTITAH FIKA
7. AHMAD NUR
8. AKHMAD TAUFIQUL
9. DYAH AYU S
10. FIKA AYU S
11. HERLIA PUTRI
12.RAAFLUQMAN SYAH
13.KIKI ULFANIAH
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai berbagai macam tanaman baik tanaman hias maupun tanaman buah.Pada saat ini banyak tanaman atau bibit yang dihasilkan dari perbanyakan secara generative maupun vegetatif.Namun untuk memperoleh bibit tanaman dengan cara generatif diperlukan waktu yanag lama dan hasil yang masih belum pasti, oleh kaera itu untuk memperolek tanaman baru dengana sifat yanag sama dengan induknya serta melalui proses yang cepat maka dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif
Perkembangbiakan secara vegetatif biasanya berasal dari salah satu bagian tanaman tertentu saja misalnya berasal dari akar,batang,daun dan masih banyak lainya yang bias digunakan atau biasanya dikenal dengan sebutan bibit,sedangkan perkembangbiakan secara generative berasal dari biji. Salah satu pembiakan vegetatif yang ingin diterapkan untuk tanaman buah naga adalah stek batang. Stek batang sebagai material sangat menguntungkan, sebab batang mempunyai persediaan makanan yang cukup terhadap tunas-tunas batang dan akar (Rochiman dan Hariadi, 1973).
Kebutuhan bibit tanaman unggul dan dalam waktu yang singkat memang menjadi masalah saat ini, stek dilakukan untuk memperoleh tanaman yang memiliki ciri dan karakteristik sama dengan induknya. Karena susahnya menyiapkan bibit melalui perbanyakan secara cepat maka setek dilakukan sebagai alternatitif dalam menangani masalah tersebut, karena untuk menunbuhkan tanaman dengan cara setek tidak perlu menggunakan bahan secara khusus. Setek bias dilakukan dengan hanya mengambil dan menumbuhkan bagian dari tanaman baik daun, akar, batang sesuai jenis tanaman , dan setek juga tidak memerlukan investasi dan modal yang mahal karena tidak memerlukan peralatan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.Peralatan setek merupakan peralatran sederhana yang hanya memiliki kriteria tajam dan steril.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan
2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan system perakaran pada stek batang.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman buah naga merupakan tanaman buah yang termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau tergolong family cactaceae yang berasal dari Meksiko, Amerika tengah dan Amerika utara.Tanaman buah naga telah tersebar ke seluruh penjuru dunia.Curah hujan yang ideal untuk buah naga adalah 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun dan akan lebih baik jika ditanam di dataran rendah yaitu 0-350 m dpl, dengan suhu yang ideal yaitu 260C – 360C dank kelembapan 70 – 90%. Tanah untuk budidaya tanaman ini harus baik yaitu memiliki aerasi baik dengan derajad keasaman tanah yang bersifat sedikit alkalis denagn pH 6,5 – 7 (Kristanto, 2008).
Tanaman buah naga merupakan salah satu tanaman yang dapat dibudidaya dengan cara stek atau vegetative. Perbanyakan tanaman secara vegetative adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan, perbanyakan tanaman secara vegetative dapat dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, misalnya, batang, daun, umbi, spora, dan lain-lain. Perbanyakan secara vegetative dapat dilakukan mulai dari cara yang paling sederhana seperti,stek, cangkong, merunduk dan lain-lain hingga cara yang paling rumit, misalnya perbanyakan tanaman dengan system kultur jaringan.Untuk tanaman buah naga biasanya menggunakan cara stek (Widarto, 1995).
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Stek cabang yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang berdiameter 2 cm, berkayu, berwarna hijau keabu-abuan, sedangkan untuk panjang stek yang menjadi pertimbangan adalah efisiensi pemakaiannya. Stek yang lebih panjang memerlukan pemakaian cabang lebih banyak dibandingkan stek pendek, sedang yang terlalu pendek sulit untuk tumbuh. Panjang stek 25 cm sudah cukup memadai (charloq, 2008).
Menurut Kantarli (1993) dalam Danu dan Nurhasybi (2003), faktor yang
mempengaruhi keberhasilan stek berakar dan tumbuh baik adalah 1) Sumber bahan stek, 2) Perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan stek adalah penggunaan jenis media. Berdasarkan pengalaman, pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun
pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Untuk itu
perlu dicari media lain sebagai pengganti pasir yang memiliki aerasi yang baik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan bibit, sehingga dalam pembuatan bibit dapat dilakukan langsung tanpa perlu penyapihan salah satunya adalah kompos A.mangium (sofyan.Muslimin, 2007).
Perhatian besar dalam pemakaian zat pengatur tumbuh datang dari suatu kepercayaan dari sejumlah besar ahli fisiologi tanaman dan ahli-ahli pertanian bahwa kenaikan produksi sudah mencapai puncaknya dengan teknologi yang ada. Zat pengatur tumbuh tanaman akan merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan meningkatkan bagian tanaman yang dipanen. Rapid Root merupakan zat pengatur tumbuh auksin, berbentuk bubuk berwarna putih yang mengandung fungisida; zat pengatur tumbuh ini berguna untuk merangsang pertumbuhan bibit. Zat pengatur tumbuh auksin bermanfaat dalam proses pemanjangan sel pada jaringan tunas muda, di samping itu juga berpengaruh dalam pembentukan akar.
Dengan menggunakan stek cabang tua yang dipacu dengan hormone IAA dan IBA diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan stek. Hal ini disebabkan karena IAA dapat memacu pertunasan dan IBA dapat memacu pembentukan akar stek (Hartmann, et al, 1990) dan memacu pertumbuhan panjang akar (Sebanek dan Jesko, 1989). Hal ini didukung oleh pendapat Rismunandar (1988) yang menyatakan bahwa IBA dapat mempercepat tumbuhnya akar baru pada tanaman (bibit yang baru dipindahkan dari persemaian pada beberapa jenis tanaman keras. Bibit yang akan dipindahkan dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 48 jam (Sumiasri.Indarto, 2001).
Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
a) Keuntungan bibit dari setek adalah:
1. Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya.
2. Tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang.
3. Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.
4. Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
b) Kerugian bibit dari setek adalah:
1. Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.
2. Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Prastowo, 2006).
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum setek ini di lakukan di laboratorium produksi tanaman fakultas pertanian Universitas Jember pada hari selasa tanggal 6 maret 2012 pukul 14.00 – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pisau Tajam ( Cutter )
2. Timba
3. Botol Seprot ( hand sprayer)
4. Polyback
3.2.2 Bahan
1. Tanaman buah naga
2, Media pasir, kompos , arang seka
3.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang di perlukan
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut: a. Mencampur pasir , kompos, arang sekam perbandingan 3: 1 : 1
b. Mencampur pasir , kompos, arang sekam perbandingan 1: 3 : 1
c. Mencampur pasir , kompos, arang sekam perbandingan 1: 3 : 3
3. Masukan media tanam ke dalam polibag dengan volume 2/3 bagian dari dasar polibag.
4. Pilih bahan stek dengan memotong bagian batang bunga melati yang agak muda miring 45 ukuran 10 cm.
5. Tanam bahan stek tersebut ke dalam polybag yang telah di isi dengan komposisi media tanam hingga 1/3 bagian.
6. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan stek pada buah naga
Media | Perlakuan | Ulangan | Parameter pengamatan | ||
Jumlah akar | Panjang akar | ||||
Pasir, kompos dan arang sekam | 3:1:1 | 45º | 1 2 | - - | - - |
Rata-rata | 0 | 0 | |||
60º | 1 2 | 1 1 | 5 cm 1 cm | ||
Rata-rata | 2 | 3 cm | |||
180º | 1 2 | - - | - - | ||
Rata-rata | 0 | 0 | |||
1:3:1 | 45º | 1 2 | 1 1 | 6,4 cm 3,5 cm | |
Rata-rata | 2 | 4,95 cm | |||
60º | 1 2 | 3 1 | 12,33 cm 4 cm | ||
Rata-rata | 4 | 8,2 cm | |||
180º | 1 2 | - - | - - | ||
Rata-rata | 0 | 0 | |||
1:1:3 | 45º | 1 2 | 1 - | 15 cm - | |
Rata-rata | 1 | 7,5 cm | |||
60º | 1 2 | 1 1 | 18 cm 5 cm | ||
Rata-rata | 2 | 11,5 cm | |||
180º | 1 2 | - 3 | - 12 cm | ||
Rata-rata | 3 | 6 cm |
Tabel 2.Jumlah akar dan panjang akar
Perlakuan | 3 : 1 : 1 | 1 : 3 : 1 | 1 : 1 : 3 | |||
∑ akar | Panjang akar | ∑ akar | Panjang akar | ∑ akar | Panjang akar | |
450 | 0 | 0 | 2 | 4,95 | 1 | 7,5 |
600 | 2 | 3 | 4 | 8,2 | 2 | 11,5 |
1800 | 0 | 0 | 0 | 0 | 3 | 6 |
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh grafik hasil stek batang pada tanaman buah naga sebagai berikut :
Grafik jumlah akar Grafik panjang akar
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa setiap komposisi media maupun teknik dalam penyetekan memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda. Pada setiap komposisi media yang digunakan teknik penyetekan dengan kemiringan 600 memiliki potensi keberhasilan lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik yang lain, hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan 600 selain memiliki potensi jumlah akar lebih banyak, pada perlakuan ini panjang akar cenderung lebih panjang dikarenakan pada perlakuan ini pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh lebih mudah di iringi dengan pergerakan auksin yang lebih lancar. Sedangkan pada perlakuan 450 dan 180 0 menunjukkan hasil yang lebih menurun, hal ini menunjukkan bahwa semakin datar permukaan setek maka potensi utmbuhnya akar akan lebih kecil. Sehingga dalam penyetekan permukaan batang stek harus di sesuaikan.
Mekanisme pembentukan akar pada setek dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya media yang digunakan, tanaman, serta hormon. Mekanisme perkembangan akar diawali dengan adanya pergerakan auksin, karbohidrat dan rooting cofactor(zat-zat yang dapat merangsang tumbuhnya akar) baik tunas maupun daun. Pada stek batang ditempatkan pada tempat yang cocok bagi pembentukan akar agar kalus dapat terbentuk. Kalus adalah masa yang tidak berbentuk yang mengalami ligninfikasi dan terdiri dari sel-sel parenkim pada berbagai tingkatan lignifikasi. Pertumbuhan sel kalus berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh, walaupun ada juga beberapa kalus ini yang terbentuk dari sel-sel kortex dan empulur. Proses pembentukan akar terdiri dari bergabungnya sel-sel yang mempunyai fungsi khusus, pembentukan bakal akar dari sel-sel tertentu dari jaringan vaskular, dan dilanjutkan dengan munculnya akar primordia yang keluar melalui jaringan batang.
Pada penyetekan yang dilakukan ada 8 tanaman buah naga yang mati atau gagal. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan akar, misalnya faktor eksternal seperti kondisi media yang kurang lembab atau perawatan yang tidak optimal atau juga berasal dari faktor internal misalnya pada saat dilakukan penyetekan, batang yang digunakan tidak dalam kondisi siap menumbuhkan akar, hal tersebut bisa dikarenakan umur batang yang terlalu tua atau terlalu muda.
Media yang digunakan dalam penyetekan adalah pasir, kompos dan arang sekam. Dari masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekuranga tersendiri.Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Arang sekam adalah sekam yang berwarna hitam dan dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, bahan organik yang terkandung dalam arang sekam relative kecil namun dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma. Kompos merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan organik yang ada di alam dengan bantuan organisme pengurai. Pada prinsipnya kompos banyak mengandung bahan organik serta banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dari sifat-sifat media tersebut maka, dilakukan pencampuran media agar diperoleh media yang lebih baik. Dari 3 macam komposisi media yang digunakan, media dengan perbandingan 1 pasir, 3 kompos dan 1 arang sekam memiliki prosentase yang lebih baik hal tersebut dikarenakan komposisi ini memiliki kemampuan menyimpan air dan aerasi yang sesui serta mengandung mikroorganisme yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor eksternal dan faktor internal sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan (eksternal)
Beberapa factor yang berpengaruh antara lain; media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung pembentukan akar. Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Lingkungan yang baik untuk penyetekan adalah kondisi yang lembab sehingga dapat membantu proses tumbuhnya akar pada tanaman.
2. Faktor dari dalam tanaman
Kondisi fisiologis tanaman atau batang yang digunakan missal; umur bahan stek, jenis tanaman, persediaan bahan makanan, dan hormon pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Batang atau bagian yang digunakan sebaiknya memiliki usia yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda yaitu bagian yang memiliki produktifitas akar tinggi.
b. Jenis Tanaman
Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit karena memiliki cambium yang tebal. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar karena mengganggu munculnya tunas adventif.
c. Persediaan Bahan Makanan
Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
d. Zat pengatur Tumbuh
Hormon pada tanaman adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya. Salah satu hormon yang dapat mempercepat tumbuhnya akar antara lain ZPT.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemotongan ujung mata setek yang ditancapkan yang paling efektif adalah 60º karena lebih memubahkan pertumbuhan akar.
2. Keberhasilan dalam melakukan penyetekan dipengaruhi dari factor media dan pemotongan ujung setek.
3. Media tanam setek sebaiknya dapat dengan mudah ditembus akar serta dapat menyediakan air, udara serta unsur hara essential yang dapat menunjang pertumbuhan akar.
5.2 Saran
Dalam melakukan penyetekan pada buah naga, pemotongan hendaknya dilakukan didalam air agar tidak terkontaminasi dari luar serta diperlukan pemberian ZPT untuk merangsang tumbuhya akar pada ujung setek.
DAFTAR PUSTAKA
Charloq.2008. Pengembangan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Penelitian Rekayasa Volume 1.Palembang : Universitas Sumatra Utara.
Kristanto, Daniel.2008. Buah Naga Pembudidayaan Di Pot Dan Kebun. Depok : Penebar swadaya.
Prastowo, Nugroho H,dkk.2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.
Sofyan, Agus.Muslimin, Imam.2006. Pengaruh Asal Bahan Dan Media Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tembesu (Fragraea Fragarans Roxb).Palembang: Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang.
Sumiasri, Nurul,Dkk. Tanggap Stek Cabang Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon Iaa Dan Iba. Jurnal Natur Indonesia Iii (2): 121 – 128.Cibinong : Puslitbang Bioteknologi.
Widarto,L. 1995. Perbanyakan Tanaman dengan biji. Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan kultur jaringan. Jakarta:kanisiu.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar