UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURTSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATURIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : REZKI HERU ADITYA
NIM : 111510501122
GOL/ KELOMPOK : SELASA / 6
ANGGOTA :
ACARA : KULTUR JARINGAN
TANGGALPRAKTIKUM : 3 APRIL 2012
TANGGALPENYERAHAN : 17 APRIL 2012
ASISTEN :1. DEDI EKO S
2. FRENGKI HERMAWAN P.
3. MEIDA WULANDARI
4. NOVITA FRIDA S.
5. HAIKAL WAHONO
6. IFTITAH FIKA
7. AHMAD NUR
8. AKHMAD TAUFIQUL
9. DYAH AYU S
10. FIKA AYU S
11. HERLIA PUTRI
12.RAAFLUQMAN SYAH
13.KIKI ULFANIAH
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada saat ini kebutuhan pangan Indonesia terus meningkat, sehingga diperlukan inovasi dan kemajuan baru dalam pertanian khususnya dalam bibit, namaun pada saat ini sulit ditemukan atau mencari bibit dengan sifat dan keunggulan yang sama. Oleh karena itu untuk mendapatkan bibit dengan sifat dan karakteristik yang seragam atau sama dilakukan teknologi pembibitan dengan metode kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman tanpa melalui pembuahan embrio, jadi kultur jagingan termasuk pembiakan tanaman modern dengan cara vegetatif. Metode kultur jaringan biasanya digunakan untuk membantu memperbanyak jenis-jenis tanaman yang sulit atau memerlukan waktu lama jika dikembangbiakkan secara generatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman yang bisa dilakukan dengan hanya memanfaatkan bagian dari tumbuhan tersebut yaitu bisa berasal dari daun, cabang dll. Prinsip dari kultur jaringan adalah menumbuhkan sel tanaman tersebut untuk dijadikan tanaman atau bibit baru dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, untuk ditumbuhkan dalam media buatan yang dirancang kaya akan nutrisi dan memiliki unsur yang diperlukan oleh eksplan tersebut dan dilakukan secara aseptik dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Penerapan teknik pembiakan dengan cara kultur jaringan mempunyai kelebihan selain mampu untuk memproduksi bibit yang memiliki bentuk dan ciri seragam dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang relative lebih singkat jika dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional atau tradisional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama serta membutuhkan tempat yang lebih luas, disamping itu kultur jaringan juga dapat dijadikan sebagai salah satu metode perbanyakan tanaman yang dapat meyimpan plasma nutfah yang tidak membutuhkan tempat yang besar.
Metode kultur jaringan merupakan metode yang dapat menjadi alternatif dalan produksi bibit bagi pertanian karena bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan.
1.2 Tujuan
1. Mengenal kondisi steril pada semua komponen pekerjaan kultur jaringan
2. Mengetahui sterilisasi alat, media, bahan tanam dan lingkungan yang steril atau aseptik.
3. Mempelajari cara pembuatan media dengan baik dan benar
4. Mengenal perbedaan bermacam-macam media kultur jaringan
5. Mengetahui salah satu organ tanaman mampu bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
6. Mengenal berbagai macam organ tanaman dalam berdeferensiasi dan menghasilkan kalus.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan tanaman secara in vitro atau pembiakan tanaman modern dengan kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan yang dapat meningkatkan ketersediaan bibit tanaman dalam jumlah besar dan seragam serta memiliki karakteristik sama tanpa membutuhkan waktu lama. Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar (dari rumput laut) atau pengganti agar seperti Gelrite atau Phytagel (bersumber dari bakteri) (Suryowinoto, M. 1996).
Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptic sehingga dapat menjadi tanaman lengkap. Dengankultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro atau produksi tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang diperlukan relative lebih singkat (Susila, 2006).
Pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk tujuan perbanyakan bibit telah diaplikasikan pada berbagai tanaman tahunan seperti jati, eukaliptus, akasia, dan lain-lain. Beberapa kelebihan dari penggunaan teknik kultur jaringan dibandingkan dengan cara konvensional adalah
a) Faktor perbanyakan lebih tinggi
b) Tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali
c) Bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk,
d) Tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun dari induk yang mengandung patogen internal.
e) Tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak (Sukmadjaja, 2003).
Secara umum, produksi bibit melalui metode kultur jaringan memerlukan beberapa tahap, yaitu :
a. Penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih. Salah satu kunci keberhasilan untuk mendapatkan bahan tanaman yang responsif dan dapat diperbanyak secara kultur in vitro adalah bahan tanaman yang masih muda.
b. Sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi. Eksplan yang akan ditanam pada media tumbuh harus bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi kendala utama keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Terlebih iklim tropis seperti Indonesia yang memungkinkan kontaminan seperti cendawan dan bakteri terus tumbuh sepanjang tahun. Untuk tanaman tertentu, sterilisasi sulit dilakukan karena kontaminan berada pada bagian internal dari jaringan tanaman.
c. Penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas. Pada tahap ini, penggunaan media tumbuh yang cocok merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan.
d. Aklimatisasi dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian suatu organisme untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Proses aklimatisasi sangat penting karena akan menentukan apakah tanaman yang berasal dari in vitro dapat beradaptasi atau tidak pada kondisi in vivo. Umumnya biakan hasil kultur jaringan yang akan diaklimatisasi harus berupa planlet artinya biakan harus mempunyai perakaran dan pertunasan yang proporsional (Hanun, 2008).
Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin (Gunawan, 1990). NAA (Naftaleine Asetat Acid) adalah zat pengatur tumbuh yang tergolong auksin. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan sintesa protein. Dengan adanya kenaikan sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan. Adapun kinetin (6-furfury amino purine) tergolong zat pengatur tumbuh dalam kelompok sitokinin. Kinetin adalah kelompok sitokinin yang berfungsi untuk pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis (Nisa dan Rodinah, 2005)
Perbany akan in konvensional/ kultur jaringan tumbuhan dikenal sebagai
suatu teknik untuk menunbuhkan sel, jaringan, organ menjadi ' tumbuhan sempurna dalam media buatan yang dilakukan secara aseptik. Media tumbuh yang dipergunakan pada teknik kultur jaringan ini terdiri dari unsur makro, mikro , asam amino, vitamin dan suplemen organik lainnya seperti sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh (Gunaeni dan Kardi, 2007).
Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan hormon yang ada dalam eksplan. Hormon dalam eksplan bergantung pada hormone endogen dan hormon eksogen yang diserap dari media tumbuh . Penambahan hormon eksogen akan berpengaruh terhadap jumlah dan kerja hormone endogen untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan eksplan (Ardiana, 2009).
Kultur jaringan merupakan suatu teknik isolasi bagian tanaman, seperti jaringan, organ atau embrio, lalu dikultur pada medium buatan yang steril sehingga bagian tanaman tersebut mampu bergenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Metode kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, dimana tidak bergantung pada musim. Keunggulan lain dari kultur jaringan yaitu memperoleh sifat fisiologi Kultul Jaringan Tembakau dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya (Desriatin, 2010).
Telah dilakukan penelitian terkait media kultur jaringan untuk family orchidaceae terutama genus Dendrobium penambahan 150 ml air kelapa sangat berpengaruh terhadap pembentukan protocorm like bodies, pengaruh berbagai sumber dan kadar karbohidrat terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium, dilaporkan bahwa penggunaan karbohidrat dengan kadar 10 gr/ l terbukti efektif mempercepat pertumbuhan batang, daun dan akar planlet Dendrobium(Oktaviani, dkk. 2010).
Dalam kultur jaringan kemampuan kalus untuk beregenerasi sangat ditentukan oleh media yang digunakan dan komposisi zat pengatur tumbuh dalam media, golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam kultur jaringan
tanaman adalah auksin dan sitokinin. Inisiasi tunas dan akar diatur oleh interaksi auksin dan sitokinin yang diberikan ke dalam media. Demikian juga interaksi masing-masing (Farid, 2003).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum Kultur Jaringan dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 03 April 2012 pukul 14.00 – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pinset
2. Gunting
3. Scalpel
4. Jarum ose
5. Petridis
6. Botol kultur dan gelas
7. Autoklaf
8. Shaker/alat penggojok
9. Oven
10. Laminar air flow
11. Kotak entkas
12. Timbangan analitis
13. Alat pengukur PH
14. Erlenmayer
15. Gelas ukur
16. Beaker glass
17. Tabung reaksi
18. Thermometer
3.2.2 Bahan
1.Bahan media kultur
2. Biji jagung
3. Daun kakao dan zygot jagung
4. Bawang merah
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Teknik aseptik dalam pembiakan kultur jaringan
3.3.1.1 Sterilisasi peralatan
1. Mencuci semua peralatan kultur in vitro sebelumnya dengan detergen dan membilas sampai bersih dan menggunakan aquades.
2. Meniriskan/ menganginkan peralatan tersebut, kemudian dioven selama 4 jam dengan temperature 160ºc.
3.3.1.2 Sterilisasi media
1. Menggunakan media tanam yang steril untuk menhindari kontaminasi selama kultur.
2. Memasukkan media kedalam botol kultur dan menutup dengan kertas alumunium foil.
3. Melakukan sterilisasi selama 20-30 menit pada temperature 121ºC dengan tekanan 17,5 psi.
3.3.1.3 Sterilisasi Bahan Tanam
1. Memotong tunas muda, batang, daun, akar, umbi, rimpang
2. Menanam bagian tanaman tersebut, yaitu dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencuci bersih dengan air mengalir
b. Menggojok dengan pestisida/fungusida
c. Merendam dengan bahan kimia tertentu/antiseptic di laminar air flow
d. Membilas dengn air steril dan menanamnya
3.3.2 Pembuatan media dalam pembiakan kultur jaringan
3.3.2.1 Cara membuat stok larutan dengan volume 1 liter
1. Membuat stok KNO3 525 mg/lt sebanyak 1 lt dengan pegambilan 20 ml.
N1.V1 = N2.V2
N1.20 = 525.1000
N1 = 26250 mg
KNO3 sejumlah 26250 mg ( 26,25 g), kemudian melarutkan dalam 1000 ml aquades dan menyimpan dalam suhu dingin.
3.3.2.2 Cara pembuatan media padat Vacin & went (VW) kultur jaringan sebanyak 1 liter
1. Menyiapkan semua larutan baku VW
2. Mengambil larutan baku sesuai ketentuan dan menuang kedalam beaker glass 1 liter yang sudah terisi aquades 300 ml.
3. Menimbang gula 20 g, 8 g bahan pemadat (agar) dan memasukkan arang aktif 1 g dalam beaker glass, mengaduk campuran diatas stirrer dan mengukur derajat keasaman dengan PH meter (5,8), menggunakan NaOH 1N untuk mengaturnya.
4. Menambahkan aquades hingga mencapai 1000 ml.
5. Mendidihkan diatas api sampai agar melarut.
6. Menuangkan media selagi cair kedalam botol-botol dengan ukuran ketebalan 1 cm.
7. Menutup semua botol dengan alumunium foil dan menandai menurut jenis medianya.
8. Menyeterilkan botol-boyol berisi media didalam autoclave selama 30 menit temperature 121ºC tekanan 17,5 psi.
9. Setelah autoklav mati, menyimpan media sambil menguji keseterilannya selama 3x24 jam.
10. Menanam media yang masih steril.
3.3.3 Kultur organ dalam pembiakan kultur jaringan
3.3.3.1 Organ tanaman embrio jagung
1. Menyiapkan biji jagung muda.
2. Menggojog biji jagung dalam larutan dithane 45 2g/l swlama 30 menit kemudian membilas dengan air steril didalam laminar.
3. Menggojog biji jagung (dengan tangan) dalam larutan Clorox 20% dan menambahkan 5 tetes tween selama 3 menit kemudian membilas dengan air steril 3 kali, dan mengulangi lagi tanpa menggunakan tween sampai busanya tidak muncul.
4. Mengambil embrio jagung dari dalam bijinya, dan memasukkan dalam air steril.
5. Meniriskan embrio jagung diatas tissue steril.
6. Menanam embrio di media yang sudah siap.
3.3.3.2 Organ umbi bawang merah
1. Menyiapkan umbi bawang merah.
2. Mengupas kulit luarnya
3. Menggojog dengan larutan Clorox 20% dan menambahkan 5 tetes tween selama 3 menit kemudian membilas dengan air steril 3 kali, dan mengulangi lagi tanpa menggunakan tween sampai busanya tidak muncul.
4. Memperkecil ukuran umbi bawang merah dengan membuang seludang kulit luarnya.
5. Memotong umbi bawang merah secara transfersal.
6. Menanam pada media yang tersedia.
3.3.3.3 Organ tanaman anggrek
1. Menyiapkan media VW kosong dan kultur anggrek dalam laminar.
2. Memindah tanaman anggrek yang sudah berjejal ke media baru (sub kultur).
3. Menyimpan kembali ke rak inkubasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1 Tabel Pengamatan Media
NO | Tanggal | Media | UL | Kontam | Tidak Kontam | Ket |
1 | 06 April 2012 | IBA | 1 2 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - | ||
IBA+BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - | ||
2 | 06 April 2012 | IBA | 1 2 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - | ||
IBA+BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - | ||
3 | 06 April 2012 | IBA | 1 2 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - | ||
IBA+BAP | 1 2 | - - | ü ü | - - |
4.2 Tabel Pengamatan Explan
NO | Tanggal | Explan | Media | UL | Pertumbuhan | Kontam | T.kontam | Ket | |
j.akar | j.tunas | ||||||||
1 | 06 April 2012 | Jagung | IBA | 1 2 | - - | 3 3 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - - | 2 1 | - - | ü ü | - - | |||
IBA+ BAP | 1 2 | - - | 3 2 | - - | ü ü | - - | |||
2 | 06 April 2012 | Bawang Merah | IBA | 1 2 | 1 1 | 1 1 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - 1 | 1 - | - - | ü ü | - - | |||
IBA+ BAP | 1 2 | - 1 | 2 2 | - - | ü ü | - - | |||
3 | 06 April 2012 | Antorium | IBA | 1 2 | 1 1 | 1 1 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | - - | 1 1 | - - | ü ü | - - | |||
IBA+ BAP | 1 2 | 1 - | 1 1 | - - | ü ü | - - | |||
1 | 10 April 2012 | Jagung | IBA | 1 2 | 1 3 | 3 3 | ü ü | - - | Jamur jamur |
BAP | 1 2 | 3 3 | 3 3 | ü ü | - - | Jamur jamur | |||
IBA+ BAP | 1 2 | 2 2 | 3 3 | - - | ü - | - - | |||
2 | 10 April 2012 | Bawang Merah | IBA | 1 2 | 1 - | 1 1 | ü ü | - - | Jamur jamur |
BAP | 1 2 | - 1 | 1 2 | - ü | ü - | - jamur | |||
IBA+ BAP | 1 2 | - 2 | - 2 | ü ü | - - | Jamur jamur | |||
3 | 10 April 2012 | Antorium | IBA | 1 2 | 1 1 | 1 1 | - - | ü ü | - - |
BAP | 1 2 | 1 1 | 1 1 | - - | ü ü | - - | |||
IBA+ BAP | 1 2 | 1 1 | 1 1 | - ü | ü - | - Jamur |
4.2 Pembahasan
4.2.1 Teknik Aseptik dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Sterilisasi merupakan hal penting dalam metode kultur jaringan, maka segala sesuatu yang digunakan haruslah disterilkan dari kuman dan bakteri serta mikroorganisme pengganggu karena dapat menyebabkan kontaminasi yang menjadi kegagalan dalam pembiakan secara kultur jaringan. Sterilisasi meliputi beberapa macam yaitu sterilisasi lingkungan kerja yaitu tempat atau lab dan kondisi praktikan, alat dan media yaitu memastikan sterilitas media untuk ekspaln maupun peralatan yang digunakan dalam perlakuan, dan bahan tanam yaitu meliputi pembersihan bahan tanam dari organisme dengan kloorox.
Sterilisasi lingkungan kerja yaitu meliputi prasarana yang digunakan misal laminar air flow, autoklaf yang fungsinya juga untuk menghilangkan jenis kontaminan yang dapat menganggu keberhasilan teknik kultur pada alat kultuk yang lain, sedangkan sterilisasi bahan tanam dapat dilakukan dengan penggojokan dengan bahan kimia missal clorox untuk mensterilkan eksplan dari kontamnian yang bersal dari tempat asalnya.
Laminar Air Flow merupakan tempat kerja kultur jaringan yaitu tuempat penanaman eksplan maupun pengambilan eksplan yang terdiri dari lampu ultraviloet, stock kontak, tombol on, serta meja kerja, dan penggunaan alat ini dibatasi selama 3 jam. Sebelum memakai alat ini terlebih dahulu bagian tangan, bahan dan alat yang akan dimasukkan dalam alat ini disemprot dengan alkohol 70 %. Lalu laminar diaktifkan dan selanjutnya proseskultur dilakukan didalam laminar dengan memakai masker.
Autoklaf merupakan alat yang dapat mensterilkan bermacam-macam alat dan bahan yang digunakan dalam lingkup mikrobiologi dengan system memberikan tekanan tinggi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme pengganggu. Sedangkan bagian-bagian dari autoklaf terdiri dari elemen pemanas, sterilisator, pengatur katup, sumber pemanas atau penghasil panas, dan sirlulasi udara.
Prosedur penggunaan autoklaf yaitu pertama elemen pemanas diisi aquades sampai terendam, meletakkan dan menata medium yang disterilkan, kemudian autoklaf ditutup, memasang sumber pemanas, dan menutup katup apabila uap air kelar, membaca skala suhu dan tekanan sampai mencapai suhu 121 0C dengan tekanan 15 lb, serta menstabilkan selama 15 menit dengan cara mengatur sumber panas. Setelah itu autoklaf dinonaktifkan dengantekanan nol, setelah tekanan autoklaf mencapai nol, membuka katup pengaman dan mengeluarkan sisa uap air dalam autoklaf. Lalu bahan sudah steril dan tinggan didinginkan.
Dalam sterilisasi bahan tanam biasanya menggunakan bahan kimia, untuk menjamin sterilitas bahan yang akan digunakan, beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain :
1.Menggunakan porcelain atau deterge yang untuk membersihkan kotoran dari eksplan,
2.Fungisida yaitu untuk mengatasi jamur dari bahan agar tidak menjadi kontaminan
3.Sodium hipoklorik (clorox) digunakan untuk desinfektan, dengan cara dilarutkan dan digojok pada bahan.
4.Tween -20 untuk agen pembasah
5.Antibiotik untuk desinfektan
6.Iodine/betadine untuk antiseptik dan membersihkan kuman.
Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, mikroorganisme sumber kontaminasi tersebut dapat terdiri dari kuman, bakteri dan jamur. Biasanya kontaminasi terjadi akibat kuman yang terbawa olek praktikan maupun angun dan media dari luar.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kultur jaringan antar lain :
a.Kondisi bahan tanam, jenis dan fisiologi eksplan
b.Media, berkaitan dengan ketersediaan nutrisi, sterilitas media
c.Teknik perbanyakan, misal teknik yang digunakan
d.Kondisi lingkungan kerja, meliputi terilisali bahan dan alat
4.2.2 Pembuatan Media dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Media untuk kultur jaringan tyerdiri dari ZPT, vitamin, derajat keasaman, unsur hara makro, mikro, dan gula/karbohidrat. ZPT adalah zat yang berfungi merangsang tumbuhnya akar dan tunas pada eksplan. Vitamin juga bagian yang digunakan dalam media kultur jaringan tanaman adalah thiamine (vitamin B1), nicotinic acid (niacin), pyridoxine (vitamin B6). Unsur hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak missal N,P,K jika kekuranga salah satu unsur tersebut maka pertumbuhan eksplan dapat terhambat. Sebaliknya hara mikro adalah hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur hara mikro ini merupakan komponen sel tanaman yang penting dalam proses metabolisme dan proses fisioligi lainnya. Gula digunakan sebagai sumber energy/karbohidrat dalam media kultur yaitu sukrosa.
Kultur jaringan dapat menggunakan media padat maupun cair. Media padat yang sering digunakan antara lain agar, karena selain lebih murah media ini juga mudah dibiaun dan tidak memakan waktu lama. Sedangkan media cair yaitu media dalam bentuk cairan atau larutan yang mengandung nutrisi misal, larutan nutrise dan air kelapa. Pada setiap media baik cair maupun padat harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai bagi pertumbuhan eksplan.
Berdasrkan data hasil praktikum menunjukkan tingkat keberhasilan 100%, hal itu menunjukkan bahwa semua eksplan dapat tumbuh optimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses sterilisai sudah baik, serta media yang digunakan mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi eksplan. Dari media yang digunakan baik IBA, BAP dan IBA+BAP sama-sama memiliki kandungan unsur hara dan vitamin yang mampu menumbuhkan tunas tersebut munjadi tanaman baru.
Media MS pada kultur jaringan terdiri daari stok makro dan stok mikro memiliki konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi serta senyawa N dalam bentuk NO3-dan NH4. Media tersebut harus ada karena menjadi salah satu komponen penting dalan media tanamn karena merupakan media penyedia unsur hara yang penting bagi tanaman atau eksplan.
4.2.3 Kultur Organ dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Teori totipotensi sel artinya suatu sel memiliki kemampuan beregenerasi untuk menumbuhkan bagian-bagian tyersebut menjadi tanaman atau individu lengkap. Mekanisme tersebut terjadi pada kultur jaringan karena pada sisten kultur jaringan hanya membutuhkan satu sel untuk dapat menciptakan suatu tanamana atau bibit baru, pada kultur jaringan penumbuhan seltersebut dilakukan dengan merekayasa media tanam sehingga seltersebut dapat beregenerasi hingga menumbuhkan organ-organ baru yang yang berpotensi menjadi tanaman lengkap.
Sehingga dalam metode kultur jaringan dapat diperoleh hasil yang seragam dengan sifat yang sama namun rentan terhada penyakit.
Dari table pengamatan eksplan jagung, bawang merah, dan antorium pada hari ke-3 eksplan tidak terkontaminasi namun pada hari ke-7 eksplan terkontaminasi. Jenis kontam tersebut golongan jamur yang berwarna hitam, virus dan bakteri, hal tersebut menunjukkan pada sat pengamatan hari ke 3 ada bakteri yang mengkontaminasi atau juga karena proses sterilisasi yang kurang optimal. Pada tabel eksplan yang banyak tumbuh adalah jagung, sedangkan media yang paling baik menghasilkan eksplan adalah BAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa setaiap media memiliki kandungan berbeda dan terjadinya pertumbuhan akar dipengaruhi oleh media sehingga sterilisasi media menentukan terjadinya kontaminasi pada saat perkembangan sel secara aseptic.
Hormon yang digunakan dalam kultur organ adalah golongan Auksin, Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Sedangkan BAP merupakan hormon golongan sitokinin yang menstimulasi pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk.
Media kultur merupakan tempat terjadinya perkembangan sel menjadi individu baru. Jika kandungan media tidak lengkap maka pertumbuhan eksplan kuarang optimal dikarenakan tanaman atau eksplan sepanuhnya memperoleh suplai unsur hara dari media tersebut. Misalnya kandungan ZPT, terjadinya pertumbuahn akar pada eksplan akan terhambat karena tidak adanya unrur atau hormone yang membantu untuk merangseng tumbuhnya tunas akar pada eksplan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kultur jaringan dapat disimpulkan bahwa semua prosedur dan mekanisme kerja harus steril agar tidak terjadi kontaminasi, dan media yang baik digunakan dalam kultur jaringan adalah IBA, dan eksplan yang paling baik dan mudah tumbuh adalah embio jagung.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan teknik kultur jaringan dilakukan sterilisasa secara berulang agar keadaan steril baik alat, media maupun eksplan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Wahyuni. 2009. Teknik Pemberian Benzil Amino Purin Untuk Memacu Pertumbuhan.Kalus Dan Tunas Pada Kotiledon Melon (Cucumis melo L.). Buletin Teknik Pertanian Vol. 14. Solok : BPTP.
Desriatin, Noer. 2010. Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh Iaa Dan Kinetin Terhadap Morfogenesis Pada Kultur In Vitro Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak-95). Surabaya : ITS.
.Farid, M. 2003. Perbanyakan Tebu (Saccharum Officinarum L. ) Secara In Vitro Pada Berbagai Konsentrasi Iba Dan Bap. J. Sains Dan Teknologi. Makasar : UNHAS.
Gunaeni. Karjadi. 2007. Pengaruh Kombinasi Ukuran Explant, Pemanasan Dan Penggunaan Ribavirin Pada Pertumbuhan Jaringan Meristematik Bawang Merah. J. Agrivigor 6(2): 106-113. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid . Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Nisa, Chatimatun. Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang (Musa Paradisiaca L.) Dengan Pemberian Campuran Naa Dan Kinetin. Bioscientiae Volume 2, Nomor 2.Banjarmasin : UNIV lambung mangkurat.
Oktaviani, dkk. 2010. Pengaruh Beberapa Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Phalaenopsis Bellina.Pontianak: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
Sukmadjaja, Deden. Mariska, Ika. 2003. Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur Jaringan. Bogor : IPB
Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Yogyakarta: Kanisisus.
Susila, Anas, D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar